Thursday, March 29, 2012

Sejarah Berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP)

Apakah Forum Lingkar Pena itu? Sebuah 'Pabrik Penulis Cerita' (Koran Tempo)

Forum Lingkar Pena sangat fenomenal. FLP adalah hadiah Tuhan untuk Indonesia (Taufiq Ismail)

Dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, jumlah penulis di Indonesia—sebagaimana jumlah pertumbuhan penduduknya--sangat besar. Pada dekade terakhir Indonesia diramaikan oleh munculnya penulis muda berusia di bawah 30 tahun serta maraknya pertumbuhan kantong-kantong sastra di Jakarta dan di banyak kota besar lainnya.

Salah satu yang dianggap fenomenal adalah munculnya Forum Lingkar Pena (FLP), tahun 1997. Dalam waktu yang relatif singkat, organisasi yang memiliki cabang di hampir 30 propinsi dan di mancanegara ini telah beranggotakan sekitar 5000 orang, hampir 70% anggotanya adalah perempuan. Dari jumlah ini, 500 diantaranya menulis secara aktif di berbagai media. 500 orang ini berusaha membina 4500 anggota FLP lainnya untuk menjadi penulis pula.

Selama hampir delapan tahun keberadaannya, organisasi penulis ini telah menerbitkan lebih dari 400 buku yang sebagian besar terdiri dari karya sastra serius, fiksi remaja dan cerita anak. Tidak ada orang atau lembaga yang mensponsori FLP. Kemandirian ini memungkinkan FLP menulis sesuai kata hati. Koran Tempo, salah satu media paling berwibawa di Indonesia, menyebut FLP sebagai sebuah ‘Pabrik Penulis Cerita’!

Sejarah Berdirinya FLP

Tahun 1997 Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Muthmainnah serta beberapa teman dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia bertemu di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia. Pertemuan berlanjut dengan diskusi tentang minat membaca dan menulis di kalangan para remaja Indonesia. Percakapan tersebut sampai pada kenyataan semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan bacaan yang bermutu. Di sisi lain sebenarnya cukup banyak anak muda yang mau berkiprah di bidang penulisan, tetapi potensi mereka kerap tak tersalurkan atau intensitas menulis masih rendah, di antaranya karena tiadanya pembinaan untuk peningkatan kualitas tulisan. Lebih dari itu, semua yang hadir menyadari betapa efektifnya menyampaikan gagasan melalui tulisan.

Akhirnya yang hadir sepakat untuk membentuk organisasi penulis. Maka pada tanggal 22 Februari 1997 berdirilah Forum Lingkar Pena, sebagai badan otonom Yayasan Prima , dan Helvy Tiana Rosa terpilih sebagai Ketua Umum. Saat itu anggotanya tak lebih dari 30 orang saja. Kami pun mengadakan acara rutin pekanan dan bulanan berkaitan tentang penulisan untuk anggota, dengan mengundang pakar di bidang tersebut. Kami mengadakan bengkel penulisan secara kecil-kecilan dan merekrut anggota baru.

Tahun 1998, seorang penulis muda dari Kalimantan Timur: Muthi Masfufah, mendirikan FLP Wilayah Kalimantan Timur yang berpusat di Bontang serta cabangnya di Samarinda, Balik Papan, Tenggarong dan kemudian Sangata. Inilah kepengurusan wilayah pertama dalam sejarah FLP. Pada tahun 1999, mulai banyak permintaan dari daerah, untuk membentuk kepengurusan FLP di tiap propinsi.

Majalah Annida—sebuah majalah fiksi Islami bertiras hampir seratus ribu eksemplar perbulan, menjadi salah satu sarana bagi munculnya karya-karya anggota FLP. Majalah tersebut juga membuat rubrik khusus berisi info FLP dan menjadi sarana merekrut anggota baru. Yang mengejutkan, lebih dari 2000 orang mendaftar menjadi anggota melalui Annida. Ditambah lagi, sampai tahun 2003, berdasarkan masukan dari tiap wilayah, tak kurang dari 3000 orang telah mendaftarkan diri pula melalui berbagai acara yang digelar oleh perwakilan-perwakilan FLP di seluruh Indonesia dan mancanegara.

Dari jumlah itu, sekitar 500 adalah penulis aktif. Mereka tinggal di lebih dari 100 kota di Indonesia. Banyak di antara mereka meraih penghargaan dalam berbagai lomba penulisan tingkat propinsi, nasional bahkan internasional. Sekitar 75% penulis majalah Annida, bergabung dalam FLP. Lalu ada pula sekitar 200 pengelola dan penulis buletin atau media kampus. Kebanyakan anggota FLP adalah pelajar dan mahasiswa. Ada juga pegawai negeri, karyawan swasta, buruh, ibu rumah tangga, guru, petani, dan lain-lain.

FLP adalah organisasi inklusif. Keanggotaannya terbuka bagi siapa saja tanpa memandang ras maupun agama. Mayoritas anggota FLP memang muslim, namun tingkat pemahaman keislaman mereka tidak seragam. Banyak pula non muslim yang bergabung. Meski demikian para anggota FLP memiliki niat yang sama: membagi seberkas cahaya bagi para pembaca dan menganggap kegiatan menulis adalah bagian dari ibadah.

Anggota FLP termuda saat ini berusia 4 tahun dan tertua 69 tahun. "Muda" dalam FLP lebih ditekankan pada aspek semangat, bukan usia, meski kebanyakan anggota FLP memang berusia sekitar 15-25 tahun. Namun sejak awal tahun 2004, beberapa FLP wilayah, sebut saja DKI, Jawa Barat dan Kaltim membuka khusus “FLP Kids” untuk anak berusia 6-12 tahun.

Banyak penulis muda dan calon penulis yang kemudian menjadi pengurus FLP di tingkat propinsi pada masa awal Sementara di daerah-daerah yang belum ada kepengurusan, selalu terdapat koresponden FLP.

Hampir berbarengan dengan itu teman-teman yang tengah melanjutkan pendidikan atau tinggal di luar negeri banyak pula yang bersedia untuk membuka kepengurusan FLP atau paling tidak menjadi koresponden FLP di negara tersebut seperti Muthmainnah (Inggris), A Rifanti (Amerika Serikat), Hadi Susanto (Belanda), Ikhwan Arifin (Sudan), Ummu Itqon (Canada), Ali Ghozali (Sudan), Femina Sagita (Jepang), Sera Revalina (Singapura), Ahmad Muhajir (Korea), Lulu Naning (Pakistan), dan banyak lagi yang lainnya (masih dalam tahap konsolidasi). Habiburahman Saerozy dan Fera Andriani Jakfar (Mesir) bahkan membentuk kepengurusan FLP Mesir dan sering bekerja sama dengan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Organisasi Satuan (istilah lain untuk cabang –penulis) Mesir. Yang lebih mengharukan, para TKW Indonesia di Hongkong, mendirikan pula FLP Hongkong, 16 Februari 2004 lalu. Hampir semua anggotanya adalah pembantu rumah tangga, kecuali beberapa orang saja. Kini mereka tengah mempersiapkan antologi cerpen bersama yang mengangkat persoalan buruh migran perempuan.

Visi, Misi dan Program Kerja

Visi FLP adalah membangun Indonesia cinta membaca dan menulis serta membangun jaringan penulis berkualitas di Indonesia. FLP sepakat untuk menjadikan menulis sebagai salah satu proses pencerahan ummat.

Misi FLP di antaranya:
1. Menjadi wadah bagi penulis dan calon penulis
2. Meningkatkan mutu dan produktivitas (tulisan) para anggotanya sebagai sumbangsih berarti bagi masyarakat
3. Turut meningkatkan budaya membaca dan menulis, terutama bagi kaum muda Indonesia
4. Menjadi organisasi yang selalu memunculkan penulis baru dari daerah di seluruh Indonesia.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More